Di dalam sebuah tim tentu kita memiliki kemampuan yang beragam. Ada yang memang sudah ahli dan juga yang baru masuk dengan skill pas pasan. Ada yang memiliki karakter keras ada juga yang sangat sensitif.
Seiring perkembangan, tantangan demi tantangan baru muncul, dan kamu menyadari bahwa gaya kepemimpinan yang kamu gunakan pada satu orang tidak selalu berhasil pada orang lain. Kadang kamu perlu memotivasi dengan lebih keras, di lain waktu cukup memberikan arahan ringan saja. Di sinilah Situational Leadership atau kepemimpinan situasional benar-benar dibutuhkan.
Apa Itu Situational Leadership?
Situational Leadership adalah gaya kepemimpinan di mana kamu menyesuaikan pendekatanmu berdasarkan situasi dan kebutuhan tim. Konsep ini diperkenalkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard yang mengemukakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi. Setiap individu dan setiap situasi membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda.
“Jadi, sebagai pemimpin yang situasional, kamu harus fleksibel dan peka, bisa membaca kebutuhan tim dan tahu kapan harus membimbing, mendukung, atau memberi kebebasan.”
Gaya kepemimpinan ini sangat berguna ketika kamu mengelola tim yang terdiri dari anggota dengan berbagai tingkat pengalaman, motivasi, dan keterampilan. Tujuannya adalah membantu setiap anggota tim berkembang dan mencapai performa terbaiknya sesuai kebutuhan mereka masing-masing.
Manfaat Situational Leadership untuk Tim
- Membangun Kemandirian dalam Tim
Dengan pendekatan situasional, kamu secara perlahan bisa membantu setiap anggota tim untuk menjadi lebih mandiri. Ketika seseorang sudah cukup siap, kamu bisa mengurangi intervensi dan memberinya kebebasan untuk bertanggung jawab. Ini meningkatkan kepercayaan diri mereka dan membuat mereka merasa dihargai. - Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas
Ketika kamu menyesuaikan gaya kepemimpinan berdasarkan kebutuhan individu, mereka akan merasa lebih didengar dan dipahami. Hal ini bisa berdampak positif pada kepuasan kerja dan meningkatkan loyalitas mereka pada tim dan perusahaan. Anggota tim merasa bahwa pemimpin mereka benar-benar peduli dan mendukung pertumbuhan mereka. - Mengoptimalkan Produktivitas Tim
Dengan situational leadership, kamu bisa mengurangi miskomunikasi dan konflik yang sering terjadi akibat perbedaan gaya bekerja. Setiap orang mendapatkan arahan yang tepat sesuai dengan tingkat kesiapan mereka, sehingga pekerjaan bisa diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien.
Cara Melakukan Situational Leadership agar Tim Lebih Produktif
- Kenali Tingkat Kematangan dan Keterampilan Anggota Tim
Langkah pertama adalah memahami seberapa siap dan mampu setiap anggota tim dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Tanyakan dirimu, “Apakah mereka baru belajar atau sudah ahli? Apakah mereka percaya diri atau masih ragu?” Dengan memahami ini, kamu bisa menentukan pendekatan yang paling sesuai. - Gunakan Empat Gaya Kepemimpinan Situasional
Situational Leadership dibagi menjadi empat gaya yang bisa kamu sesuaikan:- Directing (Memberi Arahan): Cocok untuk anggota tim yang masih pemula atau belum berpengalaman. Di sini, kamu memberikan arahan yang jelas dan detail karena mereka masih butuh banyak bantuan.
- Coaching (Membimbing): Digunakan untuk anggota yang sudah mulai paham, tetapi masih butuh dukungan. Di sini kamu berperan sebagai pembimbing yang memberikan saran sekaligus dorongan untuk mencoba sendiri.
- Supporting (Mendukung): Cocok untuk anggota yang sudah cukup mandiri tapi masih butuh dukungan. Di sini, kamu lebih banyak memberikan dorongan mental dan dukungan emosional.
- Delegating (Mendelegasikan): Untuk anggota yang sudah sangat siap dan mandiri. Kamu memberikan kepercayaan penuh pada mereka dan hanya sesekali memonitor.
- Evaluasi dan Sesuaikan Gaya Secara Berkala
Jangan anggap bahwa situasi akan selalu sama. Kemampuan dan tingkat kesiapan setiap anggota tim akan berubah seiring waktu. Maka dari itu, evaluasi secara berkala dan sesuaikan gaya kepemimpinanmu agar tetap relevan. - Komunikasi Terbuka dan Mendengarkan Aktif
Situational Leadership tidak akan berhasil tanpa komunikasi yang efektif. Pastikan kamu membangun komunikasi dua arah di mana anggota tim merasa bebas untuk berbicara. Dengan cara ini, kamu bisa lebih memahami kebutuhan mereka dan mengambil tindakan yang tepat.
Contoh Praktis Situational Leadership
Misalnya, kamu punya dua anggota tim, A dan B. Si A adalah seorang fresh graduate yang baru pertama kali mengerjakan proyek besar. Sementara si B adalah karyawan senior yang sudah berpengalaman dan pernah mengelola proyek serupa sebelumnya.
Untuk si A, kamu bisa menggunakan gaya Directing di mana kamu memberikan instruksi yang sangat jelas dan mendetail. Kamu jelaskan setiap langkah yang harus diambil dan sering memeriksa perkembangannya untuk memastikan dia berada di jalur yang benar.
Sedangkan untuk si B, kamu bisa menggunakan gaya Delegating karena dia sudah cukup matang dan mampu bekerja secara mandiri. Kamu memberikan gambaran besar dari proyek dan membiarkannya mengambil keputusan sendiri dalam eksekusinya.
Seiring waktu, mungkin si A mulai menunjukkan peningkatan dalam keterampilan dan kepercayaan diri. Kamu bisa beralih ke gaya Coaching di mana kamu masih memberikan saran, tetapi juga memberinya lebih banyak kesempatan untuk mencoba dan membuat keputusan.
“Ingat kamu punya hubungan pribadi dengan setiap anggota tim kamu. Hubungan pribadi ini yang akan menguatkan kamu sebagai pemimpin.”
Apa yang Harus Dihindari dalam Situational Leadership?
- Menggunakan Satu Gaya untuk Semua Situasi
Kesalahan terbesar adalah bersikap kaku dengan satu gaya kepemimpinan untuk setiap orang. Ingatlah bahwa setiap anggota tim memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan kamu harus fleksibel dalam menyesuaikan pendekatanmu. - Tidak Peka Terhadap Perubahan Kebutuhan Tim
Situational Leadership menuntutmu untuk selalu update dengan perkembangan tim. Jika kamu tetap memakai gaya “Directing” pada seseorang yang sudah sangat kompeten, justru bisa membuatnya merasa diremehkan atau tidak dipercaya. - Kurang Berkomunikasi
Tanpa komunikasi terbuka, sulit untuk memahami kebutuhan setiap anggota tim. Situational Leadership membutuhkanmu untuk menjadi pendengar aktif dan selalu siap berdiskusi dengan tim. - Mengabaikan Feedback
Penting juga untuk menerima umpan balik dari tim mengenai gaya kepemimpinanmu. Jangan hanya mengandalkan pengamatan sendiri; tanyakan apakah pendekatanmu sudah membantu atau ada yang perlu disesuaikan.
Kesimpulan
Situational Leadership adalah tentang fleksibilitas dalam memimpin dan kemampuan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan berdasarkan situasi dan kebutuhan tim. Dengan menjadi pemimpin yang situasional, kamu bisa membangun kepercayaan, meningkatkan loyalitas, dan mendorong produktivitas tim.
Sebagai pemimpin yang mengedepankan situational leadership, kamu tidak hanya harus tanggap dalam membaca situasi, tetapi juga peka terhadap perkembangan anggota tim. Ini bukan tugas yang mudah, tapi dengan komunikasi terbuka dan pendekatan yang fleksibel, kamu bisa membantu tim mencapai hasil terbaik.
Jadi, jika kamu ingin menjadi pemimpin yang mampu membawa timnya ke level berikutnya, cobalah praktekkan situational leadership ini. Percaya deh, hasilnya akan membuat tim lebih produktif, harmonis, dan berkembang.
Biodata penulis :
Gladys P Antariksa
Adalah seorang pengusaha, pembicara, trainer dan coach yang sudah mengajarkan berbagai materi seperti kepemimpinan, teamwork, service of excellence dan komunikasi kepada puluhan perusahaan sejak 2013.
Jika Anda tertarik untuk belajar bersama coach Gladys segera hubungi kami di
+628953 4295 4171