Bingung gak kalau kamu mengalami ini ?
Kamu sedang duduk di ruang rapat, menatap laporan yang baru saja diberikan oleh tim keuangan. Ada angka yang tidak wajar di laporan tersebut, dan instingmu mengatakan sesuatu tidak benar. Kemudian, salah satu manajermu menjelaskan, “Ini hanya cara kita meningkatkan margin keuntungan sementara. Tidak ada yang akan tahu.”
Kamu tahu, sebagai pemimpin, keputusan ada di tanganmu. Jika kamu mengabaikan ini, mungkin perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka pendek. Tapi jika masalah ini terungkap, reputasi perusahaan, tim, dan bahkan dirimu sendiri bisa hancur. Dalam situasi seperti ini, kemampuan ethical leadership adalah kunci untuk membuat keputusan yang benar, meskipun sulit.
Apa Itu Ethical Leadership?
Ethical leadership adalah gaya kepemimpinan yang berlandaskan pada prinsip moral dan etika yang kuat. Pemimpin dengan kemampuan ini tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada bagaimana hasil tersebut dicapai. Mereka memimpin dengan integritas, bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka percaya, dan menjadi teladan bagi timnya.
Ethical leadership berarti membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan secara bisnis, tetapi juga benar secara moral. Pemimpin yang etis bertanggung jawab atas dampak keputusan mereka terhadap tim, pelanggan, dan masyarakat luas.

Bahaya Jika Seorang Pemimpin Tidak Memiliki Ethical Leadership
Tanpa kemampuan ethical leadership, pemimpin cenderung tergoda untuk mengambil jalan pintas. Misalnya, mereka mungkin memprioritaskan keuntungan di atas segalanya, bahkan jika itu berarti melanggar hukum atau merugikan orang lain.
Apa bahayanya?
- Reputasi Hancur
Pelanggaran etika yang terungkap, seperti skandal keuangan atau perlakuan tidak adil terhadap karyawan, bisa menghancurkan reputasi perusahaan dan kepercayaan publik. - Motivasi Tim Menurun
Jika tim merasa bahwa pemimpinnya tidak adil atau tidak dapat dipercaya, loyalitas mereka akan berkurang. Mereka mungkin kehilangan motivasi atau bahkan meninggalkan perusahaan. - Masalah Hukum
Keputusan yang tidak etis bisa berujung pada tuntutan hukum, denda, atau bahkan penutupan perusahaan. - Kerugian Jangka Panjang
Keuntungan instan yang dihasilkan dari tindakan tidak etis sering kali berujung pada kerugian besar di masa depan, baik secara finansial maupun reputasi.
Bagaimana Cara Memiliki Kemampuan Ethical Leadership?
- Tentukan Nilai Inti yang Jelas
Sebagai pemimpin, kamu harus memiliki nilai-nilai inti yang menjadi panduan dalam setiap keputusan. Nilai-nilai ini harus mencerminkan kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab.
Contoh: Jika salah satu nilai inti perusahaanmu adalah keberlanjutan, setiap keputusan yang kamu buat harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. - Berani Membuat Keputusan Sulit
Ethical leadership sering kali berarti memilih jalur yang benar, meskipun itu sulit. Terkadang, ini berarti menolak tawaran menguntungkan yang melanggar etika.
Misalnya, jika mitra bisnis menawarkan kesepakatan yang menguntungkan tetapi tidak adil bagi pelangganmu, kamu harus berani menolaknya demi menjaga integritas. - Jadi Teladan bagi Tim
Timmu akan memperhatikan tindakanmu lebih dari kata-katamu. Jika kamu ingin mereka bertindak dengan integritas, kamu harus memimpin dengan contoh.
Contoh: Jika kamu meminta tim untuk jujur dalam laporan mereka, pastikan kamu juga transparan dalam menyampaikan informasi. - Tingkatkan Kesadaran Etika di Tim
Jangan anggap semua orang memahami pentingnya etika. Adakan pelatihan atau diskusi rutin tentang etika kerja, agar tim memahami standar yang kamu harapkan. - Evaluasi Keputusan Secara Berkala
Setiap keputusan harus dievaluasi, tidak hanya berdasarkan hasilnya, tetapi juga prosesnya. Tanyakan pada dirimu: “Apakah keputusan ini sesuai dengan nilai-nilai saya? Apakah saya mempertimbangkan dampak jangka panjang?”

Contoh Praktis
Misalkan kamu memimpin startup teknologi yang sedang berkembang pesat. Dalam perjalanan, kamu dihadapkan pada tawaran untuk menjual data pengguna kepada pihak ketiga dengan imbalan besar. Sebagai pemimpin yang etis, kamu menolak tawaran ini karena melanggar privasi pelanggan, meskipun itu berarti kehilangan pendapatan besar.
Kamu kemudian mengkomunikasikan keputusan ini kepada tim, menjelaskan mengapa privasi pelanggan adalah prioritas utama perusahaan. Keputusan ini mungkin sulit, tetapi akhirnya memperkuat reputasi perusahaan sebagai organisasi yang bisa dipercaya.
Penutup
Ethical leadership bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang berusaha melakukan hal yang benar, bahkan dalam situasi sulit. Ketika kamu memimpin dengan integritas, tim akan menghormatimu, pelanggan akan mempercayaimu, dan bisnismu akan berkembang secara berkelanjutan.
Jadi, jika kamu ingin menjadi pemimpin yang dikenang, mulailah dengan bertanya pada dirimu sendiri: Apakah keputusan ini mencerminkan nilai-nilai saya? Apakah saya memimpin dengan hati, bukan hanya dengan target? Dengan begitu, kamu tidak hanya menjadi pemimpin yang sukses, tetapi juga pemimpin yang bermakna.
Biodata penulis :
Gladys P Antariksa
Adalah seorang pengusaha, pembicara, trainer dan coach yang sudah mengajarkan berbagai materi seperti kepemimpinan, teamwork, service of excellence dan komunikasi kepada puluhan perusahaan sejak 2013.
Jika Anda tertarik untuk belajar bersama coach Gladys segera hubungi kami di
+628953 4295 4171