• Mengabaikan Kebutuhan Spesifik Tim
  • Terlalu Banyak Teori, Minim Praktik
  • Tidak Melibatkan Contoh Nyata dari Dunia Kerja
  • Pelatih Tidak Memahami Budaya Perusahaan
  • Tidak Ada Follow-up Setelah Pelatihan
  • Menganggap Public Speaking Hanya untuk Eksekutif
  • Tidak Mengukur Kemajuan Peserta

Public speaking adalah skill krusial di dunia korporasi. Sayangnya, banyak perusahaan mengadakan in-house training public speaking yang justru kurang efektif karena beberapa kesalahan fatal. Padahal, pelatihan ini bisa menjadi investasi besar untuk meningkatkan performa tim—jika dilakukan dengan benar.

in-house-training-karyawan-produktif

Pertama, kesalahan paling umum adalah mengabaikan kebutuhan spesifik tim. Banyak perusahaan langsung terjun ke pelatihan tanpa analisis kebutuhan. Hasilnya? Materi yang diberikan tidak relevan dengan tantangan sehari-hari. Misalnya, tim sales butuh teknik persuasi, sementara tim manajemen mungkin lebih memerlukan cara memimpin rapat dengan percaya diri. In-house training harusnya disesuaikan, bukan sekadar paket standar.

Kedua, terlalu banyak teori, minim praktik. Public speaking adalah skill praktis, bukan hafalan. Jika peserta hanya diberi slide presentasi tentang “teknik bicara efektif” tanpa kesempatan latihan langsung, hasilnya nol besar. Solusinya? Berikan porsi 70% praktik: simulasi presentasi, role-play, atau bahkan rekaman video untuk evaluasi.

Ketiga, tidak melibatkan contoh nyata dari dunia kerja. Pelatihan akan jauh lebih relatable jika menggunakan kasus dari industri atau bahkan internal perusahaan. Misalnya, bagaimana cara menyampaikan laporan bulanan yang meyakinkan, atau teknik menjawab pertanyaan sulit dari klien. In-house training harus down-to-earth, bukan sekadar teori umum.

Keempat, pelatih tidak memahami budaya perusahaan. Setiap organisasi punya karakteristik unik—ada yang formal, ada yang santai. Jika pelatih datang dengan gaya yang tidak sesuai (misalnya, terlalu kaku untuk tim kreatif), peserta akan sulit menerimanya. Pastikan pelatih bisa beradaptasi dengan nilai-nilai perusahaan.

in-house-training-boss

Kelima, tidak ada follow-up setelah pelatihan. Banyak perusahaan mengira public speaking bisa dikuasai dalam satu hari. Padahal, skill ini butuh pembiasaan. Tanpa evaluasi lanjutan (misalnya, coaching session atau feedback rutin), peserta akan kembali ke kebiasaan lama.

Keenam, menganggap public speaking hanya untuk eksekutif. Padahal, semua level karyawan butuh skill ini—dari staf yang harus mempresentasikan ide hingga HR yang melakukan recruitment. In-house training yang baik harus inklusif dan menyasar seluruh tim.

Terakhir, tidak mengukur kemajuan peserta. Bagaimana tahu pelatihan berhasil tanpa indikator jelas? Sebelum memulai, tetapkan metrik: apakah peserta jadi lebih percaya diri? Apakah durasi filler words (seperti “eee…”, “mmm…”) berkurang? Tanpa pengukuran, pelatihan hanya jadi checklist semata.


Public speaking bukan sekadar bicara di depan umum, tapi tentang menyampaikan pesan dengan impact. Hindari kesalahan-kesalahan di atas agar in-house training Anda benar-benar membawa perubahan.

DARIPADA BINGUNG DAN GAGAL MEMBUAT TRAINING SENDIRI LEBIH BAIK MENGGUNAKAN JASA TRAINER PROFESSIONAL YANG SUDAH PASTI BERHASIL. KONTAK KAMI wa.me/62895342954171

Tingkatkan skill dan performa tim Anda bersama kami.

PelatihanSoftSkill #LevelUpYourSkill