- Kenapa komunikasi antar departemen itu penting banget
- Tantangan komunikasi antara Gen Z dan Millenials di kantor
- Cara komunikasi yang nyambung tanpa baper dan drama
- Peran penting in house training dalam menyatukan cara komunikasi lintas generasi
Kalau kamu kerja di kantor yang isinya campuran antara anak muda Gen Z dan para pekerja senior dari generasi millennial, kamu pasti pernah lihat situasi kayak gini: satu tim marketing Gen Z ngechat pake emoji dan singkatan, tim finance yang millennial nanya, “Ini maksudnya apa, ya?” Nah, komunikasi antar departemen itu memang tricky, apalagi kalau sudah lintas generasi. Tapi jangan khawatir, artikel ini akan bantu kamu ngerti gimana cara komunikasi yang efektif tanpa harus pakai drama Korea.

Pertama, mari kita pahami dulu kenapa komunikasi antar departemen itu penting banget. Gimana bisa satu perusahaan jalan dengan baik kalau antar tim aja masih suka salah paham? Komunikasi yang buruk bisa bikin proyek mandek, deadline molor, bahkan bisa bikin suasana kerja jadi tegang. Nah, di sinilah peran komunikasi antar departemen jadi sangat krusial. Di banyak in house training, ini jadi topik utama karena memang masalahnya nyata di lapangan.
Masuk ke tantangan utama: perbedaan cara komunikasi antara Gen Z dan millennial. Gen Z itu lahir di era digital, terbiasa multitasking, dan komunikasinya cepat, to the point, kadang tanpa basa-basi. Mereka suka pakai chat, voice note, bahkan kadang kirim meme buat nyampaikan pesan. Sementara millennial lebih suka komunikasi yang agak panjang, formal, dan kalau bisa, meeting langsung atau email. Nggak heran kalau akhirnya sering terjadi salah tangkap niat baik karena gaya penyampaiannya beda. Di sinilah kenapa in house training komunikasi sering jadi solusi jitu buat jembatanin dua gaya komunikasi ini.
Nah, terus gimana caranya biar komunikasi antar departemen yang isinya campuran generasi ini tetap nyambung dan nggak baperan? Kuncinya: saling ngerti dulu. Di banyak program in house training yang sukses, pelatihan dimulai dengan sesi “mengenal gaya komunikasi generasi lain.” Bukan buat nyinyir, tapi buat ngebuka wawasan. Misalnya, Gen Z diajarkan pentingnya struktur pesan dan etika komunikasi, sementara millennial belajar untuk lebih fleksibel dan menerima bentuk komunikasi yang lebih kasual.

Selain itu, penting juga buat bikin aturan komunikasi yang disepakati bareng. Misalnya: kalau urgent, chat aja. Kalau perlu keputusan resmi, pakai email. Kalau ada konflik, ngobrol langsung aja, jangan lempar-lempar passive-aggressive di grup WhatsApp kantor. Ini semua bisa dilatih lewat in house training komunikasi yang aplikatif dan interaktif. Karena sering kali, komunikasi yang efektif itu bukan bawaan lahir—tapi hasil latihan.
Perusahaan yang rutin mengadakan in house training untuk komunikasi biasanya jauh lebih solid. Kenapa? Karena mereka ngerti bahwa skill komunikasi itu bukan cuma soal ngomong, tapi juga soal mendengar, memahami konteks, dan menyampaikan pesan dengan cara yang bisa diterima. Dengan in house training, semua anggota tim—baik Gen Z yang baru masuk, maupun millennial yang udah pengalaman—punya pemahaman yang sama soal cara komunikasi yang sehat.
Di akhir hari, kita semua mau kerja bareng tanpa drama, kan? Nah, komunikasi antar departemen yang efektif itu dimulai dari kemauan buat belajar dan beradaptasi. Dan itu bisa banget dicapai lewat program in house training yang tepat sasaran.
DARIPADA BINGUNG DAN GAGAL MEMBUAT TRAINING SENDIRI LEBIH BAIK MENGGUNAKAN JASA TRAINER PROFESSIONAL YANG SUDAH PASTI BERHASIL. KONTAK KAMI https://wa.me/62895342954171
Tingkatkan skill dan performa tim Anda bersama kami.