Cape gak ?

Kesel gak ?

Kamu baru saja menghadapi hari yang berat di kantor. Proyek besar yang kamu kerjakan selama berminggu-minggu gagal total. Atasan kecewa, timmu frustasi, dan kamu merasa hancur. Saat kamu menceritakan masalah ini ke teman dekat, dia hanya berkata, “Udah, jangan sedih. Pasti ada hikmahnya! Kamu harus tetap semangat!”

Bukannya merasa lega, kamu malah makin kesal. “Mereka nggak ngerti apa yang aku rasakan,” batinmu. Selamat datang di dunia toxic positivity.


toxic positivty

Apa Itu Toxic Positivity dalam Psikologi?

Toxic positivity adalah keyakinan bahwa seseorang harus tetap positif dan optimis, apa pun yang terjadi, bahkan ketika sedang menghadapi situasi sulit. Dalam psikologi, ini sering dianggap sebagai bentuk penolakan atau penghindaran terhadap emosi negatif.

Ciri-ciri toxic positivity:

  1. Mengabaikan perasaan sedih atau kecewa.
  2. Memberi respons seperti, “Lihat sisi baiknya saja!” tanpa mendengarkan masalah sebenarnya.
  3. Membuat orang merasa bersalah karena memiliki emosi negatif.

Apa Manfaat atau Sisi Baik Toxic Positivity?

Toxic positivity sebenarnya muncul dari niat baik. Orang-orang yang melakukannya biasanya ingin membantu atau meringankan beban. Mereka berharap, dengan bersikap optimis, orang lain akan merasa lebih baik.

Beberapa sisi baiknya:

  • Mendorong harapan: Kadang, sedikit optimisme memang bisa memotivasi seseorang untuk bangkit.
  • Mengingatkan untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan.
  • Menyebarkan energi positif di lingkungan.

Namun, sisi baik ini hanya berlaku jika dilakukan dengan seimbang.


Bahaya Toxic Positivity

Meski berniat baik, toxic positivity bisa berdampak buruk jika diterapkan terus-menerus:

  1. Mengabaikan Emosi Negatif
    Ketika seseorang terus diminta “tetap positif,” mereka jadi merasa tidak punya ruang untuk mengungkapkan kesedihan atau kemarahan. Ini bisa membuat emosi negatif menumpuk.
  2. Merasa Tidak Dimengerti
    Respons seperti, “Semua akan baik-baik saja,” seringkali terdengar seperti penolakan terhadap apa yang sedang dirasakan. Akibatnya, orang yang sedang sedih merasa sendirian.
  3. Menekan Diri Sendiri
    Ketika seseorang percaya bahwa mereka harus selalu bahagia, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri saat merasa sedih atau gagal.
  4. Menghambat Proses Penyembuhan
    Menerima emosi negatif adalah bagian penting dari proses penyembuhan. Jika ini diabaikan, luka emosional bisa semakin dalam.

menghadapi toxic positivty

Bagaimana Cara Menghadapi Toxic Positivity yang Sehat?

1. Akui Perasaanmu

Langkah pertama adalah jujur pada diri sendiri. Tidak apa-apa merasa sedih, marah, atau kecewa. Semua emosi itu valid dan manusiawi.

  • Contoh: Jika kamu gagal dalam sesuatu, akui bahwa kamu kecewa. Jangan buru-buru mengatakan, “Aku baik-baik saja.”

2. Temukan Dukungan yang Tepat

Pilih orang-orang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi. Cari teman atau keluarga yang bisa menjadi tempat kamu berbagi perasaan dengan nyaman.

  • Tips: Jika perlu, konsultasikan dengan psikolog untuk membantumu memproses emosi.

3. Beri Ruang untuk Emosi Negatif

Ingat, perasaan negatif bukan musuh. Mereka adalah sinyal dari tubuh dan pikiranmu bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan.

  • Latihan: Luangkan waktu untuk menulis jurnal tentang apa yang kamu rasakan hari ini.

4. Hindari Memberi Respon “Template”

Ketika ada teman yang curhat, jangan buru-buru memberikan kalimat seperti, “Semangat, ya!” Dengarkan dulu cerita mereka. Tunjukkan empati.

  • Contoh: Coba katakan, “Aku bisa bayangkan betapa beratnya ini buatmu. Ada yang bisa aku bantu?”

5. Praktikkan Positivitas yang Seimbang

Positivitas yang sehat adalah yang tetap menghormati emosi negatif. Kamu bisa mencari sisi baik dari sebuah masalah tanpa mengabaikan rasa sakit yang dirasakan.

  • Contoh: Setelah menangis karena gagal, kamu bisa berkata, “Ini menyakitkan, tapi aku akan belajar dari pengalaman ini.”

Contoh Praktis: Menghadapi Toxic Positivity

Bayangkan kamu menghadapi perceraian. Temanmu berkata, “Pasti ini rencana terbaik Tuhan. Jangan terlalu larut.”

Bukannya merasa nyaman, kamu malah merasa tersinggung. Akhirnya, kamu memutuskan untuk:

  1. Jujur pada diri sendiri bahwa kamu butuh waktu untuk bersedih.
  2. Curhat kepada teman yang mau mendengarkan tanpa menghakimi.
  3. Meluangkan waktu untuk terapi agar bisa memahami perasaanmu lebih dalam.

Hasilnya? Kamu bisa melewati proses ini dengan lebih sehat, tanpa tekanan untuk “selalu kuat.”


Kesimpulan

Toxic positivity mengajarkan kita pentingnya keseimbangan. Optimisme itu baik, tapi emosi negatif juga perlu dihormati. Jadi, jika kamu atau orang di sekitarmu sedang menghadapi masalah, berikan ruang untuk merasakan apa yang mereka rasakan.

Ingat, kamu tidak harus selalu kuat atau bahagia. Menjadi manusia berarti menerima semua warna emosi—baik yang terang maupun yang gelap. Dan itu, sahabatku, adalah bagian dari perjalanan hidup yang sebenarnya. 😊

Profil coach Roy Biantoro
Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Coach Roy udah membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim.
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285

Ingin Meningkatkan Kepercayaan Diri, Karir atau Bisnis? Yuk Ikut Seminar Public Speaking di Bandung

Mau Ebook & Webinar Gratis

ebook gratis

Silahkan Isi Form Berikut Ini Dulu :

Kamu gak mau jadi ODGJ kan ? Makanya Jangan lupa lakukan self care !

Coba ingat momen ini: kamu pulang kerja setelah hari yang sangat sibuk. Deadline bertumpuk, bos terus menekan, dan kolega memintamu membantu tugas mereka. Sampai di rumah, kamu duduk di sofa sambil memegang ponsel, tapi bukannya merasa rileks, kamu malah semakin...

Stop nonton video atau seminar motivasi kalau kamu masih ada Inferiority Complex. ! Solusinya ada disini.

Merangkul Diri Sendiri: Memahami dan Mengatasi Inferiority Complex Kamu pasti pernah berada di posisi ini: ada acara reuni sekolah, semua orang terlihat sukses—ada yang jadi CEO, ada yang sering jalan-jalan ke luar negeri, dan ada juga yang baru beli rumah mewah. Kamu...

Gak bagus ! Tapi wajar kok mood swings, tapi jangan kelamaan ya. Kamu harus selesaikan dengan cara ini..

Ketika Mood Seperti Roller Coaster: Memahami Mood Swings Pernah nggak, dalam sehari, kamu merasa senang banget pagi-pagi, lalu tiba-tiba siang hari rasanya semuanya salah, terus malamnya kamu menangis tanpa alasan yang jelas? Itu yang disebut dengan mood...

Siapa yang jadi penghambat kamu sukses ? Diri kamu sendiri ! Kamu lagi self sabotage ! 

Ketika Kamu Jadi Musuh Terbesar Dirimu Sendiri: Memahami Self-Sabotage Kamu baru saja mendapatkan kesempatan emas—promosi yang sudah lama kamu impikan. Tapi entah kenapa, alih-alih langsung mengambil langkah maju, kamu malah menunda-nunda mengerjakan presentasi...

Cara terefektif buat stress ! Runination. Kamu pasti pernah ngalamin kan ? ato lagi ngalamin ?

Pernah gak ? : Kamu baru saja selesai meeting, dan di akhir sesi, kamu merasa ada sesuatu yang kurang pas. Mungkin presentasimu tadi sedikit berantakan, atau kamu lupa menyebutkan satu poin penting.  Malam harinya, alih-alih tidur, pikiranmu terus berputar,...

Pada akhirnya ini yang akan buat hidup kamu bahagia ! Self Actualization. Semakin cepet sadar semakin bagus

Kamu pernah mengalami ini ? Atau sedang mengalami ini ? sedang duduk di ruang kerja, memandangi layar laptop, merasa seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupmu. Pekerjaan berjalan lancar, keluarga mendukung, teman-teman pun selalu ada untukmu. Tapi tetap saja, ada...

Kamu punya teman yang gak suka diajak pergi ? bukan sombong tapi dia punya social anxiety.

Misalkan Kamu dan temanmu, sebut saja Nina, duduk di sebuah kafe. Kamu menikmati suasana, tetapi Nina terlihat gelisah. Dia terus-menerus memeriksa sekelilingnya, seperti memastikan tidak ada yang memperhatikan. Ketika pelayan datang, kamu yang akhirnya memesan...

Nyesel banget harusnya dari dulu tau Kalau teman saya punya ciri ciri Narcissistic Personality Disorder, Cek temen kamu juga ya

Kamu punya teman, sebut saja namanya Ryan. Ryan ini selalu jadi orang pertama yang angkat bicara dalam grup. Kalau ada cerita, dia selalu memastikan ceritanya adalah yang paling seru, paling penting, dan tentu saja, semua mata harus tertuju padanya. Awalnya, kamu...

Hal terpenting di dunia. Saat ini. Lakukan terbaik dengan mindfullness

Yesterday is history, Tomorrow is mystery, Now is a gift. That’s why we called it present. Kamu pernah nggak merasa kayak hidupmu berjalan di autopilot? Jalan sendiri gak jelas arahnya Misalnya, kamu sedang minum kopi di pagi hari, tapi pikiranmu sudah sibuk...

Kamu tuh pinter tapi sayang neuroplasticity kamu jelek. Mau tingkatin neuroplasticity? Pelajari disini.

Kamu pernah nggak merasa stuck, seperti nggak bisa belajar hal baru atau sulit berubah dari kebiasaan lama? Contohnya, saat kamu mencoba belajar bahasa baru, rasanya otakmu seperti "nggak mau jalan." Tapi, suatu hari, ada momen kecil yang mengubah segalanya. Misalnya,...