- Kenapa rapat sering terasa membuang waktu
- Apa itu critical thinking dan kenapa penting dalam rapat
- Ciri-ciri tim yang belum terbiasa berpikir kritis
- Cara melatih critical thinking saat diskusi tim
- Tips agar rapat lebih efektif dan tidak melebar ke mana-mana
Kalau saya boleh jujur, sebagian besar dari kita pasti pernah ikut rapat yang bikin kita cuma duduk, ngangguk, dan bertanya dalam hati: “Kenapa saya ada di sini?” Rapat yang isinya muter-muter, ujung-ujungnya nggak ada keputusan, dan selesai cuma dengan satu kalimat: “Kita pikirkan lagi ya nanti.” Nah, kalau kamu pernah ada di situasi itu, tenang… kamu nggak sendirian.

Salah satu penyebab utama kenapa banyak rapat nggak produktif adalah karena kita nggak membiasakan diri (dan tim kita) untuk berpikir kritis alias critical thinking. Padahal, ini salah satu keterampilan yang bikin rapat bisa berubah dari “ngabisin kopi doang” jadi “penghasil ide dan solusi terbaik”.
Critical thinking, secara sederhana, adalah kemampuan untuk menganalisis informasi secara objektif, mempertanyakan asumsi, dan mengambil keputusan yang logis. Nah, coba bayangkan kalau seluruh anggota rapat punya kebiasaan mikir kayak gitu—pasti obrolan jadi lebih tajam, solusi lebih cepat ditemukan, dan waktu yang dipakai benar-benar efektif.
Tapi masalahnya, nggak semua orang terbiasa atau berani untuk berpikir kritis di dalam rapat. Biasanya, ada rasa nggak enak buat beda pendapat. Ada juga yang mikir, “Ah, udahlah, ikut aja deh mayoritas.” Ini bikin rapat jadi tempat buat konfirmasi, bukan eksplorasi. Nggak ada pertanyaan yang menggali lebih dalam, nggak ada tantangan terhadap ide yang kurang matang, dan akhirnya… ya, stuck di tempat.
Jadi gimana caranya supaya critical thinking bisa muncul di ruang rapat?
Pertama, mulai dari hal simpel: biasakan setiap orang untuk bertanya “kenapa” dan “bagaimana” terhadap setiap ide yang muncul. Misalnya, kalau ada usulan strategi baru, jangan langsung “oke”—tanya: “Apa dasarnya kita pilih cara ini?” atau “Apa resiko yang mungkin terjadi?”
Kedua, buat budaya rapat yang nggak menghukum pendapat berbeda. Kalau ada anggota tim yang berani menyampaikan pandangan lain, jangan langsung dibantah atau dianggap ‘susah diajak kerja sama’. Justru, apresiasi dengan kalimat kayak, “Oke, ini sudut pandang yang menarik, mari kita gali lebih dalam.”
Ketiga, tentukan tujuan rapat dari awal. Jangan cuma kumpul karena “udah jadwalnya rapat”. Kasih agenda yang jelas, waktu bicara yang terstruktur, dan buat sesi khusus untuk berpikir kritis. Misalnya, sesi challenge the idea—di mana semua orang bebas mengkritisi ide yang sedang dibahas.

Keempat, latih tim dengan roleplay atau studi kasus. Ini bisa dilakukan dalam sesi in house training. Biar otot critical thinking-nya terasah, nggak kaku pas rapat beneran. Karena critical thinking itu bukan cuma teori di kepala—tapi harus jadi kebiasaan sehari-hari.
Kalau timmu bisa berpikir kritis dalam rapat, dampaknya bakal kerasa banget: keputusan lebih cepat, ide lebih berkualitas, dan waktu rapat bisa dipotong setengah. Yang tadinya duduk 2 jam cuma buat muter-muter, sekarang bisa kelar dalam 30 menit dan langsung eksekusi.
Dan ingat: critical thinking bukan bawaan lahir. Ini adalah skill yang bisa dilatih.
DARIPADA BINGUNG DAN GAGAL MEMBUAT TRAINING SENDIRI LEBIH BAIK MENGGUNAKAN JASA TRAINER PROFESSIONAL YANG SUDAH PASTI BERHASIL. KONTAK KAMI https://wa.me/62895342954171
Tingkatkan skill dan performa tim anda bersama kami.