Pernah merasa bingung dan lelah karena orang lain terus-menerus meragukan perasaan dan pendapatmu? Kalau kamu pernah mengalami ini, kamu mungkin sedang menghadapi gaslighting. Gaslighting adalah bentuk manipulasi emosional di mana seseorang membuat kamu merasa bahwa apa yang kamu rasakan atau pikirkan itu salah, dan akhirnya membuat kamu meragukan kenyataan yang kamu tahu.

Misalnya, setiap kali kamu berbicara tentang sesuatu yang penting bagi kamu, orang tersebut malah merespons dengan, “Ah, kamu aja yang terlalu sensitif,” atau “Itu cuma pikiranmu sendiri.” Lama-kelamaan, hal ini bisa membuat kamu merasa bingung, ragu dengan dirimu sendiri, bahkan mulai meragukan ingatan atau perasaanmu.
Namun, meskipun gaslighting bisa sangat merusak, ada beberapa langkah yang bisa kamu ambil untuk melindungi dirimu dan mengatasi perasaan tersebut. Ini bukan hanya soal bertahan, tapi juga menjaga kesejahteraan mental dan emosionalmu agar tetap seimbang.
1. Percaya pada Perasaanmu Sendiri
Langkah pertama dalam menghadapi gaslighting adalah percaya pada perasaan dan ingatanmu sendiri. Gaslighting bertujuan untuk membuat kamu ragu terhadap apa yang kamu rasakan, seolah-olah perasaanmu tidak valid. Ketika kamu merasa ada yang aneh atau tidak beres, percayalah pada firasatmu. Ini bukan berarti kamu terlalu reaktif atau sensitif, tetapi kamu tahu apa yang kamu rasakan dan itu penting.
Cara Praktik Aplikatif:
Untuk membantu kamu memvalidasi perasaanmu, coba buat journal atau catatan harian tentang kejadian-kejadian yang membuat kamu merasa bingung atau diragukan. Tulis apa yang terjadi, bagaimana perasaanmu saat itu, dan apa yang kamu pikirkan. Misalnya, jika kamu merasa ada yang tidak benar saat berbicara dengan orang yang suka gaslighting, catat detil percakapan tersebut. Ini bisa membantumu melihat pola, dan jika suatu saat kamu mulai meragukan ingatanmu, kamu bisa kembali ke catatan tersebut untuk mengingatkan diri bahwa perasaanmu itu valid.
Contoh Kasus:
Katakanlah kamu memiliki percakapan dengan teman yang selalu meragukan keputusanmu. Setiap kali kamu berbicara tentang keputusan yang kamu buat, dia bilang, “Ah, kamu terlalu berpikir berlebihan, itu nggak masalah.” Kamu bisa mencatat percakapan itu, dan melihat apakah pola yang sama terjadi berulang kali. Ini bisa menjadi pengingat bahwa respons orang itu lebih tentang mereka, bukan tentang kamu yang salah.
2. Memberi Jarak dan Mengatur Batasan
Langkah kedua adalah memberi jarak. Kalau kamu merasa bahwa setiap kali berbicara dengan orang ini, kamu selalu merasa bingung, ragu, atau bahkan bersalah, ini tanda bahwa kamu perlu memberikan batasan pada interaksimu dengan mereka. Gaslighting sering kali membuatmu merasa tidak berdaya, dan semakin kamu terjebak dalam percakapan itu, semakin kamu merasa kebingungan. Memberi jarak bukan berarti menghindari masalah, tetapi ini cara untuk melindungi dirimu dari dampak emosionalnya.
Cara Praktik Aplikatif:
Saat orang tersebut mulai memberikan respons yang membuatmu ragu atau membingungkan, coba alihkan pembicaraan ke topik yang lebih netral. Misalnya, jika dia mulai berkata, “Kamu nggak tahu apa-apa, itu hanya perasaanmu,” kamu bisa langsung merespons dengan, “Oh, oke, kita bahas hal lain aja ya,” atau, “Aku rasa kita punya pandangan yang berbeda, nggak masalah kok.” Ini memberi sinyal bahwa kamu tidak akan terperangkap dalam permainan gaslighting tersebut.
Contoh Kasus:
Misalnya, kamu sedang berdiskusi dengan atasan atau teman yang selalu menanggapi saranmu dengan merendahkan atau meragukan. Jika dia mulai mengeluarkan komentar yang membuat kamu merasa kurang percaya diri, segera alihkan topik atau bilang, “Mungkin kita bahas ini nanti aja ya, kalau situasinya lebih tenang.” Dengan cara ini, kamu tidak hanya memberi ruang untuk diri sendiri, tetapi juga menjaga komunikasi tetap positif.

3. Cari Teman yang Dapat Dipercaya
Gaslighting bisa membuatmu merasa sangat kesepian dan bingung, karena kamu merasa tidak ada yang memahami apa yang kamu alami. Oleh karena itu, penting untuk mencari teman atau orang yang bisa mendengarkan dan memberikan dukungan. Teman yang kamu percayai bisa membantu kamu melihat situasi dari sudut pandang yang lebih objektif dan memberikan dukungan emosional.
Cara Praktik Aplikatif:
Carilah orang-orang yang kamu rasa nyaman untuk berbicara. Teman dekat atau keluarga yang bisa memberikan perspektif yang lebih netral dan objektif. Misalnya, setelah mengalami percakapan gaslighting, cobalah untuk berbagi dengan teman yang kamu percayai. Ceritakan apa yang terjadi dan bagaimana perasaanmu. Teman yang baik tidak akan menghakimi, melainkan akan memberikan perspektif lain dan membantu kamu merasa lebih tenang.
Contoh Kasus:
Kamu merasa ragu tentang bagaimana perasaanmu setelah berinteraksi dengan seseorang yang selalu meremehkan pendapatmu. Cobalah berbicara dengan teman yang sudah kamu percayai. Katakan, “Aku baru aja ngomong sama si X, tapi aku merasa dia merendahkan aku. Apa kamu juga merasa begitu jika kamu ngobrol sama dia?” Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan pendapat yang lebih objektif dan mengonfirmasi bahwa apa yang kamu rasakan itu benar.
4. Tetap Tenang dan Percaya Diri
Saat berhadapan dengan gaslighting, kamu tidak perlu menjadi defensif atau terbawa emosi. Tetaplah tenang dan jangan membiarkan orang tersebut mengendalikan percakapan. Gunakan kalimat yang tegas namun tidak emosional untuk menunjukkan bahwa kamu tetap percaya pada diri sendiri tanpa terpengaruh oleh manipulasi mereka. Misalnya, jika seseorang mencoba meragukan ingatanmu, kamu bisa menjawab dengan, “Aku yakin dengan apa yang aku ingat, meskipun kamu punya pandangan yang berbeda.”
Contoh Kasus:
Katakanlah kamu sedang dihadapkan dengan seseorang yang terus-menerus mengatakan, “Kamu nggak pernah bisa nginget detail dengan benar.” Kamu bisa menjawab dengan tenang, “Aku rasa aku cukup ingat, terima kasih sudah berbagi pendapat.” Ini menunjukkan bahwa kamu tetap mempertahankan kendali atas situasi dan tidak terjebak dalam gaslighting.
Kesimpulan
Menghadapi gaslighting memang bisa sangat menantang, tetapi dengan menerapkan langkah-langkah di atas, kamu bisa melindungi diri dari dampaknya. Ingat, percayalah pada perasaanmu sendiri, beri jarak jika perlu, cari dukungan dari orang-orang yang bisa dipercaya, dan tetap tenang dalam menghadapi manipulasi emosional.
Dengan cara-cara ini, kamu bisa menjaga kesehatan mentalmu, menghindari kebingungannya, dan tetap percaya pada realitas yang kamu alami. Jangan biarkan siapa pun meragukan atau mengendalikan pikiran dan perasaanmu. Kamu punya hak untuk merasa dan berpikir seperti yang kamu inginkan.
Roy Biantoro
Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Beliau membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim.
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285