Kamu baru saja keluar dari ruang rapat setelah perdebatan panas dengan atasanmu. Ada satu momen di mana kamu merasa ingin meledak, ingin mengatakan semua yang ada di pikiranmu. Tapi kamu menahannya. Sebaliknya, kamu hanya tersenyum kecil, mengangguk, lalu keluar ruangan.

Di perjalanan pulang, kamu mulai merasa aneh. Bukannya lega, kamu malah merasa lelah, tegang, dan sedikit kesal. Pikiranmu terus mengulang-ulang apa yang terjadi di ruang rapat tadi. Tapi kamu bilang ke dirimu sendiri, “Udahlah, nggak usah dipikirin.”

Nah, apa yang kamu alami itu bisa jadi adalah salah satu contoh sederhana dari repression dalam psikologi.


Repression

Apa Itu Repression dalam Psikologi?

Repression, atau represi, adalah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang digunakan oleh pikiran untuk menekan emosi, pikiran, atau kenangan yang tidak nyaman ke alam bawah sadar.

Misalnya, ketika kamu menghadapi situasi yang bikin marah, malu, atau takut, pikiranmu bisa secara otomatis menyembunyikan emosi itu agar kamu bisa tetap “berfungsi” dalam situasi tersebut. Freud, bapak psikoanalisis, percaya bahwa ini adalah cara alami manusia untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional.

Ciri-ciri repression:

  1. Kamu sering melupakan peristiwa yang membuatmu sangat marah atau sedih.
  2. Kamu merasa “baik-baik saja,” tetapi tanpa alasan, tubuhmu sering merasa tegang atau tidak nyaman.
  3. Ketika diingatkan pada situasi tertentu, kamu merasa gelisah tanpa tahu kenapa.

Apa Bahaya Melakukan Repression Terus-Menerus?

Repression memang kadang diperlukan, terutama ketika kamu sedang di situasi yang tidak memungkinkan untuk menunjukkan emosimu. Tapi kalau dilakukan terus-menerus, efeknya bisa berbahaya, lho.

  1. Tekanan Emosional yang Menumpuk
    Emosi yang ditekan tidak benar-benar hilang. Mereka hanya “disimpan” di bawah permukaan, dan lama-kelamaan bisa meledak, biasanya dalam bentuk amarah atau tangisan yang tidak terkendali.
  2. Gangguan Fisik
    Banyak penelitian menunjukkan bahwa emosi yang ditekan bisa berdampak pada tubuh, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, atau bahkan penyakit kronis seperti hipertensi.
  3. Hubungan yang Bermasalah
    Ketika kamu terus-menerus menekan emosimu, orang-orang di sekitarmu mungkin merasa sulit memahami perasaanmu. Akhirnya, ini bisa menciptakan jarak dalam hubunganmu dengan mereka.
  4. Kesulitan Mengenal Diri Sendiri
    Emosi adalah bagian dari identitas kita. Kalau kamu terlalu sering menekan emosimu, kamu mungkin kehilangan koneksi dengan siapa dirimu sebenarnya.

cara Repression

Bagaimana Melakukan Repression yang Sehat?

Represi bukan sesuatu yang sepenuhnya buruk. Ada saat-saat di mana represi memang dibutuhkan, misalnya saat kamu harus tetap profesional di tempat kerja atau menjaga ketenangan di situasi genting. Tapi penting untuk memastikan bahwa emosi yang ditekan tidak menjadi beban yang berlarut-larut.

  1. Kenali dan Akui Perasaanmu
    Setelah situasi yang membuatmu menekan emosimu berlalu, luangkan waktu untuk merenung. Tanyakan pada dirimu, “Apa yang sebenarnya aku rasakan tadi? Kenapa aku merasa seperti itu?”
    • Contoh: Setelah rapat yang tegang, kamu bisa menulis di jurnal tentang apa yang membuatmu kesal. Dengan menuliskannya, kamu memberi ruang bagi emosimu untuk keluar.
  2. Ciptakan Waktu untuk Memproses Emosi
    Jika kamu tidak bisa menunjukkan emosimu di momen tertentu, pastikan untuk memprosesnya nanti. Jangan hanya menekan dan melupakannya.
    • Tips Praktis: Meditasi atau berbicara dengan teman yang kamu percaya bisa membantu memproses emosi yang sudah ditekan.
  3. Gunakan Teknik Relaksasi
    Emosi yang ditekan sering membuat tubuh menjadi tegang. Olahraga ringan, yoga, atau pernapasan dalam bisa membantu tubuhmu melepaskan ketegangan.
  4. Berlatih Komunikasi Emosi yang Sehat
    Jika situasinya memungkinkan, bicarakan apa yang kamu rasakan dengan orang yang terlibat.
    • Contoh: Daripada memendam perasaan marah kepada atasan, kamu bisa menjadwalkan diskusi untuk menyampaikan feedback dengan cara yang konstruktif.
  5. Cari Bantuan Profesional
    Jika kamu merasa sering terjebak dalam represi dan itu memengaruhi kesehatan mentalmu, berbicara dengan psikolog atau konselor adalah langkah yang bijak.

Contoh Kasus dan Solusinya

Situasi: Kamu baru saja mengalami konflik dengan pasangan, tapi memutuskan untuk menekan emosi agar tidak memperkeruh suasana.

  • Solusi: Setelah suasana tenang, luangkan waktu untuk berbicara dengan pasanganmu. Gunakan kalimat seperti, “Aku merasa sedikit kecewa tadi, tapi aku ingin kita bisa diskusi supaya nggak ada salah paham.”

Situasi: Di tempat kerja, kamu merasa direndahkan oleh rekan kerjamu, tapi memilih diam karena tidak ingin menimbulkan drama.

  • Solusi: Tulis email atau catat poin-poin yang ingin kamu sampaikan, lalu ajak rekan kerjamu berdiskusi secara profesional.

Kesimpulan

Repression adalah mekanisme yang membantu kita bertahan di situasi sulit, tapi bukan solusi jangka panjang. Emosi yang ditekan perlu diproses agar tidak menjadi beban yang terus menghantui.

Jadi, kalau kamu merasa sedang menekan perasaanmu, jangan lupa untuk memberinya ruang untuk “berbicara.” Ingat, mengenali dan menerima emosimu adalah bagian penting dari merawat kesehatan mental dan menjalani hidup yang lebih tenang. 🌟

Profil coach Roy Biantoro
Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Coach Roy udah membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim.
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285

Ingin Meningkatkan Kepercayaan Diri, Karir atau Bisnis? Yuk Ikut Seminar Public Speaking di Bandung

Mau Ebook & Webinar Gratis

ebook gratis

Silahkan Isi Form Berikut Ini Dulu :

Siapa yang jadi penghambat kamu sukses ? Diri kamu sendiri ! Kamu lagi self sabotage ! 

Ketika Kamu Jadi Musuh Terbesar Dirimu Sendiri: Memahami Self-Sabotage Kamu baru saja mendapatkan kesempatan emas—promosi yang sudah lama kamu impikan. Tapi entah kenapa, alih-alih langsung mengambil langkah maju, kamu malah menunda-nunda mengerjakan presentasi...

Cara terefektif buat stress ! Runination. Kamu pasti pernah ngalamin kan ? ato lagi ngalamin ?

Pernah gak ? : Kamu baru saja selesai meeting, dan di akhir sesi, kamu merasa ada sesuatu yang kurang pas. Mungkin presentasimu tadi sedikit berantakan, atau kamu lupa menyebutkan satu poin penting.  Malam harinya, alih-alih tidur, pikiranmu terus berputar,...

Pada akhirnya ini yang akan buat hidup kamu bahagia ! Self Actualization. Semakin cepet sadar semakin bagus

Kamu pernah mengalami ini ? Atau sedang mengalami ini ? sedang duduk di ruang kerja, memandangi layar laptop, merasa seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupmu. Pekerjaan berjalan lancar, keluarga mendukung, teman-teman pun selalu ada untukmu. Tapi tetap saja, ada...

Kamu punya teman yang gak suka diajak pergi ? bukan sombong tapi dia punya social anxiety.

Misalkan Kamu dan temanmu, sebut saja Nina, duduk di sebuah kafe. Kamu menikmati suasana, tetapi Nina terlihat gelisah. Dia terus-menerus memeriksa sekelilingnya, seperti memastikan tidak ada yang memperhatikan. Ketika pelayan datang, kamu yang akhirnya memesan...

Nyesel banget harusnya dari dulu tau Kalau teman saya punya ciri ciri Narcissistic Personality Disorder, Cek temen kamu juga ya

Kamu punya teman, sebut saja namanya Ryan. Ryan ini selalu jadi orang pertama yang angkat bicara dalam grup. Kalau ada cerita, dia selalu memastikan ceritanya adalah yang paling seru, paling penting, dan tentu saja, semua mata harus tertuju padanya. Awalnya, kamu...

Hal terpenting di dunia. Saat ini. Lakukan terbaik dengan mindfullness

Yesterday is history, Tomorrow is mystery, Now is a gift. That’s why we called it present. Kamu pernah nggak merasa kayak hidupmu berjalan di autopilot? Jalan sendiri gak jelas arahnya Misalnya, kamu sedang minum kopi di pagi hari, tapi pikiranmu sudah sibuk...

Kamu tuh pinter tapi sayang neuroplasticity kamu jelek. Mau tingkatin neuroplasticity? Pelajari disini.

Kamu pernah nggak merasa stuck, seperti nggak bisa belajar hal baru atau sulit berubah dari kebiasaan lama? Contohnya, saat kamu mencoba belajar bahasa baru, rasanya otakmu seperti "nggak mau jalan." Tapi, suatu hari, ada momen kecil yang mengubah segalanya. Misalnya,...

Pantes gak kritis, kamu kejebak confirmation bias kan ? Pelajari biar kamu lebih kritis.

Bayangkan ini: Kamu sedang berdiskusi dengan teman-teman kantor tentang proyek baru. Kamu yakin banget bahwa ide yang kamu ajukan adalah yang paling efektif. Lalu, ketika ada data yang menunjukkan kalau pendekatan lain mungkin lebih baik, kamu malah sibuk mencari...

2 tipe manusia waktu ngadepin masalah, flight or fight. Mana yang bagus buat mental health ?

Bayangkan ini, kamu sedang berada di ruang kerja, tenggelam dalam laporan yang harus selesai sebelum jam lima sore. Tiba-tiba, bosmu masuk dengan wajah serius dan berkata, “Ada masalah besar. Klien kita tidak puas, dan kita butuh solusi cepat!” Kamu langsung merasa...

Mau terus semangat ? Kamu harus dapetin positive reinforcement waktu kerja ! 

Ceritanya, kamu adalah seorang manajer baru di sebuah perusahaan. Ada seorang karyawan, Andi, yang kelihatannya selalu datang tepat waktu dan rajin menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, kamu merasa ada yang kurang. Kinerjanya konsisten, tapi dia terlihat datar—seolah-olah...