Mana yang Lebih Penting?
Apa bedanya?
Kenapa keduanya penting?
Contoh kolaborasi di dunia kerja.
Tips menggabungkannya dalam in-house training.

Anda pasti sering dengar soal critical thinking dan creative problem solving. Dua skill ini selalu disebut-sebut sebagai kunci sukses di dunia kerja. Tapi pernah nggak sih bertanya: “Mana yang lebih penting?” atau “Bagaimana caranya memadukan keduanya?”

in-house-training-seru

Nah, artikel ini akan bahas tuntas perbedaan, persamaan, dan cara kolaborasinya—terutama lewat in-house training yang efektif. Karena faktanya, tim yang bisa memakai keduanya secara seimbang, performanya 2x lebih baik (based on research dari LinkedIn Workplace Learning Report).

Critical Thinking vs. Creative Problem Solving: Beda Tapi Saling Melengkapi


Critical thinking itu seperti kacamata analitis: memecah masalah, cari bukti, hindari bias, ambil keputusan logis. Sementara creative problem solving lebih mirip kembang api ide: eksplorasi solusi out-of-the-box, tantang asumsi, dan ciptakan terobosan.

Contoh nyata:

Tim marketing mau launching produk baru.

  • Critical thinking: “Apa data pasar yang mendukung ide ini? Apa risikonya?”
  • Creative problem solving: “Bagaimana kalau kita coba strategi viral challenge ala TikTok?”
    Hasilnya? Keputusan inovatif tapi tetap berbasis data.

Kenapa Perusahaan Butuh Kolaborasi Keduanya?

Problem kompleks butuh pendekatan ganda. Contoh: Tim IT menghadapi sistem error. Butuh analisis akar masalah (critical thinking) + solusi cepat yang mungkin belum pernah dicoba (creative).

Hindari jebakan “terlalu kritis” atau “terlalu kreatif”.

  • Terlalu kritis = ide bagus mati sebelum dicoba.
  • Terlalu kreatif = solusi nggak feasible dan boros budget.
in-house-training-pelatihan-teknis

Cara Melatih Kolaborasi Ini Lewat In-House Training


Ini dia bagian yang paling ditunggu: gimana caranya membangun budaya berpikir kritis dan kreatif di tim Anda?

Workshop Hybrid

Gabungkan sesi analisis kasus nyata (critical thinking) dengan brainstorming solusi (creative). Misal: “Analisis kegagalan proyek X, lalu ciptakan 5 solusi radikal.”

Role-Playing Scenario

Contoh: “Bagaimana tim sales menghadapi klien yang complain?” Latih logika analisis + improvisasi kreatif.

Tools Pendukung

Pakai framework seperti Six Thinking Hats (Edward de Bono) atau Design Thinking untuk struktur yang seimbang.

Biasakan “Why” dan “What If”

  • Setiap diskusi, minta tim ajukan:
  • “Apa bukti yang mendukung ini?” (Critical)
  • “Bagaimana jika kita coba cara yang berlawanan?” (Creative)

Di dunia kerja yang cepat berubah, tim terbaik bukan yang paling kritis atau paling kreatif—tapi yang bisa switch antara keduanya sesuai kebutuhan. Dan kabar baiknya: skill ini bisa dilatih!

Mulailah dengan in-house training yang dirancang khusus untuk:

  • Membongkar masalah secara sistematis.
  • Memicu ide-ide segar tanpa takut salah.
  • Menciptakan solusi yang cepat, inovatif, dan feasible.

Tingkatkan skill dan performa tim Anda bersama kami.

PelatihanSoftSkill #LevelUpYourSkill