kamu baru saja menyelesaikan proyek besar di kantor—proyek yang sudah kamu kerjakan berbulan-bulan. Dengan penuh semangat, kamu cerita ke rekan kerja, bos, bahkan posting sedikit pencapaian ini di media sosial. Kamu menunggu komentar, like, atau sekedar “good job” dari orang-orang. Tapi setelah beberapa waktu, respon yang kamu dapat ternyata jauh dari yang kamu harapkan. Bukannya senang, kamu malah merasa kecewa dan berpikir, “Kok, nggak ada yang apresiasi ya?” Nah, inilah contoh kecil bagaimana kita sering kali secara nggak sadar mencari validation atau pengakuan dari orang lain.

Apa Itu Validation dalam Komunikasi?
Validation atau pengakuan adalah proses ketika kita, secara sadar atau tidak, mencari persetujuan, pujian, atau konfirmasi dari orang lain atas pemikiran, perasaan, atau tindakan kita. Ini sebenarnya adalah bagian alami dari interaksi sosial. Siapa yang nggak suka dipuji atau merasa dihargai, kan? Validation bisa terjadi dalam berbagai bentuk, dari pujian yang sederhana hingga dukungan emosional yang lebih dalam. Misalnya, ketika kita meminta pendapat teman tentang baju baru yang kita beli atau meminta saran sebelum mengambil keputusan besar. Secara nggak langsung, kita berharap orang tersebut memberikan validation yang bisa membuat kita merasa lebih yakin atau berharga.
Namun, ada bahaya kalau kita terlalu tergantung pada validation eksternal ini.
Apa Bahaya Validation yang Berlebihan?
- Mengurangi Kepercayaan Diri
Kalau kita terus-menerus mencari validation dari orang lain, kita jadi terlalu bergantung pada pendapat mereka. Akibatnya, rasa percaya diri kita perlahan-lahan berkurang karena kita merasa perlu persetujuan dari luar untuk merasa baik tentang diri sendiri. Ini berbahaya karena kita nggak lagi mampu membuat keputusan tanpa persetujuan dari orang lain. - Menghambat Pengembangan Diri
Validation berlebihan bisa membuat kita terjebak dalam “comfort zone.” Kita jadi takut mencoba hal-hal baru yang berisiko atau mungkin nggak populer karena khawatir nggak akan mendapat dukungan atau apresiasi dari orang lain. Padahal, banyak hal besar dalam hidup justru datang dari keberanian untuk berbeda dan mengikuti intuisi sendiri. - Meningkatkan Stres dan Kecemasan
Kalau kita terlalu fokus pada bagaimana orang lain memandang kita, tekanan dan ekspektasi itu bisa menambah tingkat stres dan kecemasan. Kita jadi selalu cemas apakah keputusan atau tindakan kita “benar” di mata orang lain, bukannya mengikuti apa yang benar-benar penting bagi kita.
Bagaimana Agar Memiliki Pola Pikir yang Tidak Membutuhkan Validation?
- Kenali dan Pahami Diri Sendiri
Langkah pertama adalah meningkatkan self-awareness atau kesadaran diri. Mulai kenali apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hidup, apa yang membuat kamu bahagia, dan apa nilai-nilai yang kamu pegang. Kalau kamu lebih paham siapa dirimu dan apa yang penting buatmu, kamu jadi lebih sedikit membutuhkan pengakuan dari orang lain. Ambil waktu untuk refleksi diri secara rutin—misalnya dengan journaling atau meditasi. Ini bisa membantumu memahami diri dan tetap grounded pada apa yang benar-benar penting. - Latih Self-Validation
Self-validation adalah kemampuan untuk menghargai, menerima, dan mempercayai perasaan, pemikiran, atau keputusan kita sendiri tanpa perlu mencari persetujuan dari luar. Ini bisa dilatih, misalnya dengan cara memberikan apresiasi pada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas atau merayakan pencapaian kecil. Katakan dalam hati, “Aku bangga dengan usahaku” atau “Aku sudah melakukan yang terbaik.” Menghargai diri sendiri adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada validation eksternal. - Fokus pada Growth Mindset
Dengan pola pikir yang fokus pada pertumbuhan, kamu akan lebih peduli pada perkembangan dan pembelajaran daripada sekedar mencari validasi dari hasil akhir. Jadi, kalau kamu melakukan sesuatu, fokuslah pada pengalaman dan pembelajaran yang kamu dapat, bukan sekadar pujian yang mungkin kamu dapat dari hasilnya. Ini akan membuatmu merasa lebih bebas dan tidak terlalu terikat pada penilaian orang lain. - Batasi Paparan Media Sosial
Media sosial sering kali memicu kita untuk mencari validation karena adanya fitur like, komentar, dan share yang membuat kita merasa “diakui” atau “dianggap.” Kalau kamu merasa cenderung terlalu mencari validation dari media sosial, cobalah untuk mengurangi penggunaannya. Batasi waktu atau pilih konten yang lebih positif dan mendukung perkembangan diri. - Berani Menolak dan Mengatakan Tidak
Sering kali, kita mencari validation dengan selalu mencoba menyenangkan orang lain, meskipun itu bertentangan dengan keinginan kita sendiri. Latih keberanian untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang nggak sesuai dengan nilai atau tujuanmu. Ini adalah langkah besar dalam melepaskan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain dan lebih fokus pada kebutuhan dan kebahagiaan diri.

Contoh Sederhana Mengurangi Ketergantungan pada Validation
Misalnya, kamu baru saja menyelesaikan presentasi besar di kantor. Setelah selesai, kamu mungkin punya keinginan untuk mendengar pujian dari atasan atau rekan kerja. Cobalah mengubah pola pikir ini dengan lebih fokus pada usaha yang telah kamu lakukan daripada reaksi mereka. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku sudah memberikan yang terbaik?” atau “Apa yang bisa aku pelajari untuk presentasi berikutnya?” Dengan begitu, kamu bisa menghargai pencapaianmu tanpa harus selalu mencari validation dari orang lain.
Kesimpulan
Validation dalam komunikasi sebenarnya adalah hal yang alami dan nggak selalu buruk. Namun, ketika kita terlalu bergantung pada validation eksternal, itu bisa merusak rasa percaya diri, menghambat pengembangan diri, dan meningkatkan stres. Untuk mengurangi ketergantungan pada validation, penting bagi kita untuk meningkatkan self-awareness, melatih self-validation, dan berfokus pada proses belajar dan berkembang. Dengan demikian, kita bisa hidup lebih bebas dan percaya diri tanpa merasa selalu perlu mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Coach Roy udah membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim.
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285