Bayangkan ini: Kamu punya teman bernama Rina. Dia sudah pacaran dengan Andi selama dua tahun. Dari luar, hubungan mereka terlihat manis, tapi kamu tahu ada sisi gelapnya. Andi sering berbicara kasar pada Rina, bahkan sesekali melakukan hal-hal yang jelas-jelas melukai hati dan kepercayaannya. Kamu sudah berkali-kali bilang, “Rina, kamu pantas dapat yang lebih baik,” tapi jawaban Rina selalu sama, “Tapi dia nggak selalu seperti itu. Ada sisi baiknya kok.”
Satu malam, Rina datang padamu sambil menangis. Mereka baru saja bertengkar hebat. Kamu tanya, “Kenapa kamu masih bertahan, Rin?” Dia menjawab sambil terisak, “Aku nggak tahu. Mungkin aku merasa dia satu-satunya orang yang peduli sama aku, meskipun dia sering bikin aku sakit hati.”
Situasi ini adalah contoh nyata dari trauma bonding, ketika seseorang terikat pada hubungan yang beracun karena adanya dinamika emosional yang intens dan pola manipulasi.

Apa Itu Trauma Bonding dalam Psikologi?
Trauma bonding adalah ikatan emosional yang terbentuk dalam hubungan yang berisi kekerasan, manipulasi, atau pola perlakuan buruk. Biasanya, ini terjadi karena siklus perlakuan yang tidak konsisten—antara rasa sakit yang mendalam dan momen kasih sayang yang intens.
Istilah ini pertama kali muncul dalam konteks hubungan korban dengan pelaku kekerasan, seperti dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga atau hubungan yang abusif. Pelaku menciptakan ketergantungan emosional pada korban dengan memberikan perhatian dan cinta di satu waktu, lalu menyakiti atau mengontrol di waktu lain. Siklus ini membuat korban merasa bingung, terperangkap, dan sulit melepaskan diri.
Bagaimana Solusi Saat Menghadapi Sebuah Keadaan yang Memunculkan Trauma Bonding?
Jika kamu atau orang terdekatmu berada dalam situasi seperti ini, berikut langkah-langkah yang bisa diambil:
1. Sadari Polanya
Langkah pertama adalah mengenali siklus perilaku yang ada dalam hubungan. Tanyakan pada dirimu atau temanmu:
- Apakah ada pola kasih sayang yang tiba-tiba berubah menjadi perlakuan buruk?
- Apakah kamu merasa sulit pergi meskipun tahu hubungan ini tidak sehat?
Kesadaran adalah kunci pertama untuk keluar dari jebakan trauma bonding.
2. Bangun Dukungan dari Luar
Trauma bonding sering membuat korban merasa terisolasi. Penting untuk membangun jaringan dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan konselor profesional.
Contoh: Jika Rina adalah temanmu, ajak dia berbicara tanpa menghakimi. Katakan, “Aku di sini kalau kamu butuh bantuan. Kamu nggak sendiri.”
3. Berani Membuat Batasan
Melepaskan diri dari trauma bonding membutuhkan keberanian untuk membuat batasan yang tegas. Ini mungkin melibatkan mengakhiri hubungan atau menetapkan aturan baru dalam interaksi.
4. Cari Bantuan Profesional
Trauma bonding sering kali berakar pada luka emosional yang mendalam. Konseling atau terapi dapat membantu mengurai emosi yang terjebak dan memberikan strategi untuk memulihkan diri.

Bagaimana Mencegah Trauma Bonding Terjadi?
- Kenali Tanda Awal Hubungan Tidak Sehat
Jika seseorang mulai menunjukkan tanda-tanda manipulasi, seperti sering mengontrol atau merendahkanmu, jangan abaikan. Perhatikan apakah ada pola memberi perhatian yang tiba-tiba berubah menjadi perlakuan buruk. - Bangun Rasa Percaya Diri yang Sehat
Trauma bonding sering terjadi pada mereka yang merasa harga dirinya rendah atau tidak yakin akan diri sendiri. Cobalah untuk membangun kepercayaan diri melalui kegiatan yang positif dan mendukung.
Tips Praktis: Tuliskan hal-hal yang kamu hargai dari dirimu sendiri setiap hari. Ini akan memperkuat pandangan positif terhadap diri sendiri. - Jaga Hubungan Sosial yang Sehat
Pelaku dalam hubungan trauma bonding seringkali mencoba mengisolasi korban dari orang lain. Pastikan kamu tetap terhubung dengan teman-teman dan keluarga, sehingga ada orang-orang yang bisa memberikan perspektif jika hubunganmu mulai tidak sehat. - Pelajari Batasan yang Sehat
Batasan adalah garis yang membantu melindungi kesejahteraan emosionalmu. Latih dirimu untuk berkata tidak jika seseorang mulai melanggar nilai-nilai atau batasan pribadimu.
Kesimpulan
Trauma bonding adalah jebakan emosional yang dapat membuat seseorang merasa terikat pada hubungan yang sebenarnya merugikan. Namun, dengan kesadaran, dukungan, dan keberanian untuk berubah, ini adalah sesuatu yang bisa diatasi.
Ingat, hubungan yang sehat adalah tentang saling menghormati dan mendukung, bukan tentang manipulasi atau rasa takut. Jika kamu atau orang terdekatmu berada dalam hubungan seperti ini, jangan ragu untuk meminta bantuan. Memutuskan rantai trauma bonding memang tidak mudah, tapi itu adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih bebas dan bahagia.
Dan satu hal lagi, kamu pantas mendapatkan hubungan yang penuh kasih dan rasa aman. Jangan pernah ragu untuk memperjuangkan itu. 🌟
Profil coach Roy Biantoro
Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Coach Roy udah membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim.
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285