kamu baru saja menyelesaikan proyek besar di kantor—proyek yang sudah kamu kerjakan berbulan-bulan. Dengan penuh semangat, kamu cerita ke rekan kerja, bos, bahkan posting sedikit pencapaian ini di media sosial. Kamu menunggu komentar, like, atau sekedar “good job” dari orang-orang. Tapi setelah beberapa waktu, respon yang kamu dapat ternyata jauh dari yang kamu harapkan. Bukannya senang, kamu malah merasa kecewa dan berpikir, “Kok, nggak ada yang apresiasi ya?” Nah, inilah contoh kecil bagaimana kita sering kali secara nggak sadar mencari validation atau pengakuan dari orang lain.

apa itu validation

Apa Itu Validation dalam Komunikasi?

Validation atau pengakuan adalah proses ketika kita, secara sadar atau tidak, mencari persetujuan, pujian, atau konfirmasi dari orang lain atas pemikiran, perasaan, atau tindakan kita. Ini sebenarnya adalah bagian alami dari interaksi sosial. Siapa yang nggak suka dipuji atau merasa dihargai, kan? Validation bisa terjadi dalam berbagai bentuk, dari pujian yang sederhana hingga dukungan emosional yang lebih dalam. Misalnya, ketika kita meminta pendapat teman tentang baju baru yang kita beli atau meminta saran sebelum mengambil keputusan besar. Secara nggak langsung, kita berharap orang tersebut memberikan validation yang bisa membuat kita merasa lebih yakin atau berharga.

Namun, ada bahaya kalau kita terlalu tergantung pada validation eksternal ini.

Apa Bahaya Validation yang Berlebihan?

  1. Mengurangi Kepercayaan Diri
    Kalau kita terus-menerus mencari validation dari orang lain, kita jadi terlalu bergantung pada pendapat mereka. Akibatnya, rasa percaya diri kita perlahan-lahan berkurang karena kita merasa perlu persetujuan dari luar untuk merasa baik tentang diri sendiri. Ini berbahaya karena kita nggak lagi mampu membuat keputusan tanpa persetujuan dari orang lain.
  2. Menghambat Pengembangan Diri
    Validation berlebihan bisa membuat kita terjebak dalam “comfort zone.” Kita jadi takut mencoba hal-hal baru yang berisiko atau mungkin nggak populer karena khawatir nggak akan mendapat dukungan atau apresiasi dari orang lain. Padahal, banyak hal besar dalam hidup justru datang dari keberanian untuk berbeda dan mengikuti intuisi sendiri.
  3. Meningkatkan Stres dan Kecemasan
    Kalau kita terlalu fokus pada bagaimana orang lain memandang kita, tekanan dan ekspektasi itu bisa menambah tingkat stres dan kecemasan. Kita jadi selalu cemas apakah keputusan atau tindakan kita “benar” di mata orang lain, bukannya mengikuti apa yang benar-benar penting bagi kita.

Bagaimana Agar Memiliki Pola Pikir yang Tidak Membutuhkan Validation?

  1. Kenali dan Pahami Diri Sendiri
    Langkah pertama adalah meningkatkan self-awareness atau kesadaran diri. Mulai kenali apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hidup, apa yang membuat kamu bahagia, dan apa nilai-nilai yang kamu pegang. Kalau kamu lebih paham siapa dirimu dan apa yang penting buatmu, kamu jadi lebih sedikit membutuhkan pengakuan dari orang lain. Ambil waktu untuk refleksi diri secara rutin—misalnya dengan journaling atau meditasi. Ini bisa membantumu memahami diri dan tetap grounded pada apa yang benar-benar penting.
  2. Latih Self-Validation
    Self-validation adalah kemampuan untuk menghargai, menerima, dan mempercayai perasaan, pemikiran, atau keputusan kita sendiri tanpa perlu mencari persetujuan dari luar. Ini bisa dilatih, misalnya dengan cara memberikan apresiasi pada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas atau merayakan pencapaian kecil. Katakan dalam hati, “Aku bangga dengan usahaku” atau “Aku sudah melakukan yang terbaik.” Menghargai diri sendiri adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada validation eksternal.
  3. Fokus pada Growth Mindset
    Dengan pola pikir yang fokus pada pertumbuhan, kamu akan lebih peduli pada perkembangan dan pembelajaran daripada sekedar mencari validasi dari hasil akhir. Jadi, kalau kamu melakukan sesuatu, fokuslah pada pengalaman dan pembelajaran yang kamu dapat, bukan sekadar pujian yang mungkin kamu dapat dari hasilnya. Ini akan membuatmu merasa lebih bebas dan tidak terlalu terikat pada penilaian orang lain.
  4. Batasi Paparan Media Sosial
    Media sosial sering kali memicu kita untuk mencari validation karena adanya fitur like, komentar, dan share yang membuat kita merasa “diakui” atau “dianggap.” Kalau kamu merasa cenderung terlalu mencari validation dari media sosial, cobalah untuk mengurangi penggunaannya. Batasi waktu atau pilih konten yang lebih positif dan mendukung perkembangan diri.
  5. Berani Menolak dan Mengatakan Tidak
    Sering kali, kita mencari validation dengan selalu mencoba menyenangkan orang lain, meskipun itu bertentangan dengan keinginan kita sendiri. Latih keberanian untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang nggak sesuai dengan nilai atau tujuanmu. Ini adalah langkah besar dalam melepaskan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain dan lebih fokus pada kebutuhan dan kebahagiaan diri.

Contoh Sederhana Mengurangi Ketergantungan pada Validation

Misalnya, kamu baru saja menyelesaikan presentasi besar di kantor. Setelah selesai, kamu mungkin punya keinginan untuk mendengar pujian dari atasan atau rekan kerja. Cobalah mengubah pola pikir ini dengan lebih fokus pada usaha yang telah kamu lakukan daripada reaksi mereka. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku sudah memberikan yang terbaik?” atau “Apa yang bisa aku pelajari untuk presentasi berikutnya?” Dengan begitu, kamu bisa menghargai pencapaianmu tanpa harus selalu mencari validation dari orang lain.

Kesimpulan

Validation dalam komunikasi sebenarnya adalah hal yang alami dan nggak selalu buruk. Namun, ketika kita terlalu bergantung pada validation eksternal, itu bisa merusak rasa percaya diri, menghambat pengembangan diri, dan meningkatkan stres. Untuk mengurangi ketergantungan pada validation, penting bagi kita untuk meningkatkan self-awareness, melatih self-validation, dan berfokus pada proses belajar dan berkembang. Dengan demikian, kita bisa hidup lebih bebas dan percaya diri tanpa merasa selalu perlu mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Seorang pengusaha muda yang sering berbagi ke berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Coach Roy udah membagikan ilmu di bidang penjualan (selling), komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, pelayanan serta bagaimana meningkatkan motivasi tim. 
Ayo rasakan perubahan di tim Anda dengan training bersama coach Roy Biantoro. Hubungi kami di 08954 1283 3285

Ingin Meningkatkan Kepercayaan Diri, Karir atau Bisnis? Yuk Ikut Seminar Public Speaking di Bandung

Mau Ebook & Webinar Gratis

ebook gratis

Silahkan Isi Form Berikut Ini Dulu :

Siapa yang jadi penghambat kamu sukses ? Diri kamu sendiri ! Kamu lagi self sabotage ! 

Ketika Kamu Jadi Musuh Terbesar Dirimu Sendiri: Memahami Self-Sabotage Kamu baru saja mendapatkan kesempatan emas—promosi yang sudah lama kamu impikan. Tapi entah kenapa, alih-alih langsung mengambil langkah maju, kamu malah menunda-nunda mengerjakan presentasi...

Cara terefektif buat stress ! Runination. Kamu pasti pernah ngalamin kan ? ato lagi ngalamin ?

Pernah gak ? : Kamu baru saja selesai meeting, dan di akhir sesi, kamu merasa ada sesuatu yang kurang pas. Mungkin presentasimu tadi sedikit berantakan, atau kamu lupa menyebutkan satu poin penting.  Malam harinya, alih-alih tidur, pikiranmu terus berputar,...

Pada akhirnya ini yang akan buat hidup kamu bahagia ! Self Actualization. Semakin cepet sadar semakin bagus

Kamu pernah mengalami ini ? Atau sedang mengalami ini ? sedang duduk di ruang kerja, memandangi layar laptop, merasa seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupmu. Pekerjaan berjalan lancar, keluarga mendukung, teman-teman pun selalu ada untukmu. Tapi tetap saja, ada...

Kamu punya teman yang gak suka diajak pergi ? bukan sombong tapi dia punya social anxiety.

Misalkan Kamu dan temanmu, sebut saja Nina, duduk di sebuah kafe. Kamu menikmati suasana, tetapi Nina terlihat gelisah. Dia terus-menerus memeriksa sekelilingnya, seperti memastikan tidak ada yang memperhatikan. Ketika pelayan datang, kamu yang akhirnya memesan...

Nyesel banget harusnya dari dulu tau Kalau teman saya punya ciri ciri Narcissistic Personality Disorder, Cek temen kamu juga ya

Kamu punya teman, sebut saja namanya Ryan. Ryan ini selalu jadi orang pertama yang angkat bicara dalam grup. Kalau ada cerita, dia selalu memastikan ceritanya adalah yang paling seru, paling penting, dan tentu saja, semua mata harus tertuju padanya. Awalnya, kamu...

Hal terpenting di dunia. Saat ini. Lakukan terbaik dengan mindfullness

Yesterday is history, Tomorrow is mystery, Now is a gift. That’s why we called it present. Kamu pernah nggak merasa kayak hidupmu berjalan di autopilot? Jalan sendiri gak jelas arahnya Misalnya, kamu sedang minum kopi di pagi hari, tapi pikiranmu sudah sibuk...

Kamu tuh pinter tapi sayang neuroplasticity kamu jelek. Mau tingkatin neuroplasticity? Pelajari disini.

Kamu pernah nggak merasa stuck, seperti nggak bisa belajar hal baru atau sulit berubah dari kebiasaan lama? Contohnya, saat kamu mencoba belajar bahasa baru, rasanya otakmu seperti "nggak mau jalan." Tapi, suatu hari, ada momen kecil yang mengubah segalanya. Misalnya,...

Pantes gak kritis, kamu kejebak confirmation bias kan ? Pelajari biar kamu lebih kritis.

Bayangkan ini: Kamu sedang berdiskusi dengan teman-teman kantor tentang proyek baru. Kamu yakin banget bahwa ide yang kamu ajukan adalah yang paling efektif. Lalu, ketika ada data yang menunjukkan kalau pendekatan lain mungkin lebih baik, kamu malah sibuk mencari...

2 tipe manusia waktu ngadepin masalah, flight or fight. Mana yang bagus buat mental health ?

Bayangkan ini, kamu sedang berada di ruang kerja, tenggelam dalam laporan yang harus selesai sebelum jam lima sore. Tiba-tiba, bosmu masuk dengan wajah serius dan berkata, “Ada masalah besar. Klien kita tidak puas, dan kita butuh solusi cepat!” Kamu langsung merasa...

Mau terus semangat ? Kamu harus dapetin positive reinforcement waktu kerja ! 

Ceritanya, kamu adalah seorang manajer baru di sebuah perusahaan. Ada seorang karyawan, Andi, yang kelihatannya selalu datang tepat waktu dan rajin menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, kamu merasa ada yang kurang. Kinerjanya konsisten, tapi dia terlihat datar—seolah-olah...